Trioburulu Radio Suzana

Mudik lebaran kemarin, ada satu kejutan indah yang terjadi.  Bunali, Mbah Wonokairun, Brodin, The Ing Han, Wan Abud, dkk kembali siaran di acara Trioburulu di Radio Suzana, Surabaya.  Bagi yang sering baca file pdf dengan nama file Guyonan Suroboyoan yang banyak bertebaran di internet, pasti tahu nama 3 tokoh pertama. Yup, boleh dibilang Guyonan Suroboyoan ini ‘terinspirasi’ dengan tokoh – tokoh tersebut yang muncul di acara Trioburulu.

Bung Victorio

Asal tahu saja, semua nama – nama tersebut diperankan oleh satu orang saja, yakni Bung Kaisar Victorio atau yang memiliki nama asli Ahmad Affandi. Nama Victorio ini karena dulu, sekitar tahun 1980 – 1990 an, semua penyiar Radio Suzana berakhiran huruf  “O” seperti : Victorio, Dino, Nino (yang nama aslinya Ria Enes), Mario, Sisco dll. Keahlian memiliki karakter suara lebih dari satu orang ini juga bukan hanya keahlian Bung Kaisar sendiri. Sebut saja Ria Enes dengan suara centil Susan. Insap Andy Laahh Yaaawwww, yang jelas bukan kembaran Andy Lau hehehe, dengan suara bocah kentir Muncil dan Mbah Takrip yang juga sama gendhengnya dengan Wonokairun.

Trioburulu sendiri adalah paduan kata “Bu” untuk Bunali, “Ru” untuk Rumina saat diperankan Ria Enes atau Rukayah saat diperankan Nungky “Mak Bongky JTV”, dan “Lu” untuk Lumut yang diperankan Mbak Sisco. Meski demikian para pemainnya paling 3 – 6 orang saja. Namun jangan salah, meskipun cuma tiga orang bisa terdengar sampai 10 karakter yang sedang main. Hal ini karena keahlian penyiarnya yang mengeluarkan karakter-karakter lain. Seperti misalnya Bung Victorio yang bisa memainkan karakter Bunali, Mbah Wonokairun, Seleh, Brodin, Tee Ing Han, Wan Abud dan Joko Bodo. Total ada 7 karakter..!!!!

Trioburulu

Selain penyiar Radio Suzana, salah satu keunikan Trioburulu adalah menggandeng juga beberapa seniman tradisional, terutama Ludruk. Sebutlah misalnya nama Sokran, seorang seniman Ludruk Kelompok Alm Basman dan Kartolo. Juga ada Alm Susi Sunaryo dan sekarang ini adalah Jhuzz dan Sapari. Nama terakhir masih satu grup dengan Kartolo dan Sokran serta sekarang biasa tampil di JTV setiap Minggu malam. Tampilnya seniman – seniman Ludruk ini membuat banyolan acara ini terasa segar dan penuh dengan suasana Suroboyoan.

Para karakter Trioburulu juga mewakili beragam etnis yang ada di Surabaya. Mulai Jawa, Madura, Arab, Tionghoa terwakili di sini. Juga mulai laki – laki, anak, perempuan sampai banci pun ada.

Sifat tiap karakter pun berbeda – beda, seperti : Mbah Wonokairun yang sok ngerti dan sok muda, Muncil si anak kecil yang ndablek. Brodin yang sok tahu, Bunali yang ditampilkan seolah pemuda yang tampan dan berpendidikan, dll.

Aku mendengarkan acara Trioburulu ini sudah sejak SD, sekitar akhir 80 – an.  Dari dulu, boleh dibilang tidak ada perubahan acara. Diputar setiap pukul 15:15 sampai 16:00 WIB. Berisi drama kehidupan biasa masyarakat Surabaya dengan penuh kekonyolan dan kenaifan. Salah satu tema cerita yang paling sering muncul adalah kesalahpahaman dalam memahami kata.

Misalnya cerita berjudul “Penambangan”. Mengisahkan sebuah keluarga dengan anak gadis cantik. Sang anak, sebut saja namanya Rukayah, sedang menjalin cinta dengan pemuda bernama Insap. Kepada kedua orang tuanya, Sapari dan Lumut, Rukayah bilang jika pemuda pujaannya ini bekerja di penambangan. Tentu hati orang tua siapa yang senang mendapatkan mantu kerja di penambangan. Bayangan materi berlipat pun terus terbayang. Singkat cerita, acara mantenan pun disiapkan. Dan singkat cerita pula, bataallll…… Kenapa??? karena Insap ternyata bukan bekerja di perusahaan tambang seperti Freeport, Inco, dll. Tetapi dia bekerja di perahu yang menyeberangkan orang dari satu sisi sungai ke sisi yang lain dengan bantuan seutas tali tambang. Jenis pekerjaan ini di Surabaya disebut “Tambangan” dan pekerjanya di sebut “Penambang” hehehe…. Hancur lha hati si Insap…

Jalan cerita yang sama misalnya dengan judul “Penyuluhan”. Tetapi bukan pekerjaan penyuluhan pertanian atau perkebunan. Tapi pencari kodok di sawah setiap malam,  yang dulu biasanya menggunakan obor atau suluh. Sehingga orang menyebutnya “Nyuluh Kodok”. Diotak – atik ke Bahasa Indonesia, jadilah Penyuluhan…. hehehe…

Menurut beberapa sumber, ide atau tema cerita ini tidak disiapkan berhari – hari sebelumnya. Bahkan katanya ada cerita yang sampai saat akan on air belum ketemu idenya. Akhirnya yaa cerita mengalir saja saat on air dan membentuk tema sendiri.

Saking lamanya acara ini, menurut blog Kaisar Victorio sejak tahun 1975, penggemarnya pun beragam. Sampai – sampai pada tahun 2002 – 2003 an, pendengarnya sempat protes karena mendengar kabar acara ini akan dihentikan. Bahkan mereka sanggup urunan jika tidak ada yang mensponsori acara ini.

Begitu lha acara ini. Sayangnya Radio Suzana belum bisa didengarkan secara online via radio streaming internet maupun via Satelit. Sangat disayangkan, karena para pendengar Radio ini boleh dibilang sekerang sudah menyebar kemana – mana, baik orang Surabaya sendiri yang merantau ke daerah lain maupun misalnya mahasiswa yang pernah kuliah di Surabaya yang kemudian menyebar juga ke daerah yang lain.

Update :

Innalillahi wa innailaihi raji’un, Sri Hoenoen Ontowati alias Mak Bongky alias Nungky Nena alias Rukayah telah berpulang ke rahmatullah tadi malam, Minggu, 3 Februari 2013 pukul 23.43.  Berikut sedikit tulisan tentang beliau.